Kartini Pengawasan KKP: Dari Membina Nelayan, Patroli Laut Sampai Memeriksa Pelaku Illegal Fishing

ANP • Tuesday, 21 Apr 2020 - 10:11 WIB

JAKARTA - Nama Pengawas Perikanan saat ini semakin masyhur dikarenakan keberhasilan dan kegigihan mereka dalam menangkap pelaku illegal fishing di tengah kondisi tanggap darurat COVID-19. Namun mungkin tidak semua orang menyangka bahwa Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan-KKP ternyata memiliki Kartini Pengawasan yang tersebar di seluruh Indonesia. 

Para wanita tangguh pengemban tugas sebagai Pengawas Perikanan ini memiliki tugas tak mudah, yakni mengawasi tertib pelaksanaan peraturan perundang-undangan di bidang perikanan termasuk berhadapan dengan para pelaku Illegal, Unreported and Unregulated (IUU) Fishing dan juga destructive fishing.

”Saat ini Kami memiliki 62 orang Pengawas Perikanan wanita pada Unit Pelaksana Teknis dan Satuan Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia,” ungkap Direktur Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan, Tb Haeru.

Tb menjelaskan bahwa meskipun dari sisi jumlah masih belum ideal, namun peran para Kartini Pengawasan tersebut telah banyak mewarnai pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan di UPT PSDKP. Selain itu, Tb juga menambahkan bahwa keberadaan para Kartini Pengawasan ini merupakan bukti konkrit kebijakan pengarus-utamaan gender di Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).

”Prinsip penugasannya sama, sebagai Pengawas Perikanan tugas yang diamanatkan oleh Undang-Undang adalah mengawasi tertib pelaksanaan peraturan perundang-undangan di bidang perikanan”, ujar Tb.

Lebih lanjut Tb menjelaskan bahwa para Kartini Pengawasan tersebut juga menjalankan tugas sebagaimana layaknya Pengawas Perikanan lainnya. Melakukan pemeriksaan kapal maupun obyek pengawasan lainnya, melakukan patroli dengan Kapal Pengawas maupun tugas penegakan hukum.

”Di Hari Kartini ini kami kira tidak berlebihan apabila kami sampaikan apresiasi khusus bagi para Srikandi pengawasan perikanan atas dedikasi dan keteguhan mereka dalam berinteraksi langsung dengan nelayan maupun masyarakat kelautan dan perikanan lainnya, mereka juga tidak kalah sigap dalam melakukan tugas-tugas penegakan hukum seperti melakukan patroli dan memeriksa pelaku IUU fishing”, tambah Tb.

Srikandi Pengawasan Ditjen PSDKP telah menorehkan sejumlah prestasi dalam berbagai penugasan pengawasan dan proses penegakan hukum. Dari keseluruhan Unit Pelaksana Teknis (UPT) PSDKP yang berjumlah 14 UPT telah menjadi tempat lahir dan berkembangnya para Kartini Pengawasan yang mampu memberikan efek gentar bagi para pelaku IUU fishing dan destructive fishing di Indonesia. 

Salah satunya adalah Tri Iswardhani. Perempuan kelahiran Kebumen yang bertugas di Pangkalan PSDKP Benoa ini merupakan Pengawas Perikanan Madya yang merintis karirnya mulai dari Pengawas Perikanan Pertama.

Tri, demikian dia disapa juga memiliki pengalaman memimpin Satuan Kerja Pengawasan.

”Sebelum ditugaskan di Benoa, saya pernah menjadi Kepala Satker PSDKP Karangantu (Banten) dan Pengambengan (Jembrana),” kisah Tri.

Tak cukup disitu, Tri ternyata menjadi salah satu otak penting yang mengungkap perdagangan insang pari manta ilegal yang terjadi di Pengambengan di Tahun 2014. Kasus itu sendiri sempat menjadi isu yang cukup banyak dibahas di berbagai media.

”Itu salah satu pengalaman yang luar biasa bagi saya, karena benar-benar tidak mudah mengungkap kasus tersebut,” ujar Tri.

Sosok lain Kartini Pengawasan adalah Togu Katharina, Togu merupakan gadis keturunan Sumatera Utara yang banyak memiliki riwayat penugasan di wilayah Indonesia Bagian Timur. 

”Saya telah bertugas selama 10 tahun sebagai Pengawas Perikanan, dan pernah bertugas di Tual, Merauke dan Sorong,” jelas Togu.

Sebagai Pengawas Perikanan, Togu mengakui bahwa tugasnya tidaklah mudah. Ia menyadari bahwa tugas membina nelayan dan menjadikan mereka pelaku usaha yang taat (comply) pasti banyak memiliki tantangan.

”Yah tentu tidak mudah, mengajak orang mematuhi peraturan perundang-undangan khan pasti tidak mudah. Kadang-kadang ada permasalahan kultur juga. Tapi kita semua belajar bagaimana menggunakan pendekatan yang baik,” ujar Togu yang pernah meraih beasiswa Australian Awards dan mengenyam pendidikan di Australia ini.

Hari Kartini bagi Tri dan Togu merupakan momen bagi perempuan-perempuan Indonesia untuk bicara kesetaraan. Mereka bisa menjadi gambaran bahwa perempuan Indonesia adalah perempuan yang hebat, terbukti dengan capaian prestasi dalam penugasan di bidang pengawasan. Hari Kartini ini juga momen yang baik untuk mengirimkan pesan bahwa kelautan dan perikanan membutuhkan lebih banyak kiprah perempuan Indonesia. (ANP)