Covid-19 di Jatim Mulai Menyerang Tenaga Kesehatan

Mus • Friday, 17 Apr 2020 - 09:04 WIB

Surabaya - Penularan Covid-19 di Jawa Timur ternyata sangat masif. Meluas tidak hanya masyarakat umum, namun juga tenaga kesehatan di rumah sakit. Menurut dr. Kohar Hari Santoso, Ketua Rumpun Tracing Gugus Tugas Covid-19 Jatim, setidaknya ada 46 tenaga kesehatan yang saat ini sudah terpapar virus corona atau Covid-19. Namun demikian tidak semuanya menjalani perawatan. Sebanyak 19 tenaga kesehatan telah dinyatakan sembuh. Satu orang meninggal dunia, dan 26  masih menjalani perawatan.

"Ada sekitar 46 tenaga kesehatan yang terjangkit (Covid-19). Sebagian besarnya berkaitan dengan kesiapan tentang penggunaan APD, kemudian kurang siap ketika ternyata ada pasien Covid-19," ujar dr. Kohar dalam konpers di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Kamis (16/4).

Dari 46 tenaga kesehatan yang tertular,  beberapa di antaranya tidak bersentuhan langsung dengan pasien positif Covid-19. Mereka berasal dari beberapa unit yang ada di rumah sakit, yang sebenarnya tidak berhubungan langsung dengan pasien positif Covid -19, seperti apoteker satu orang, dokter 16 orang, laborat dua orang, dan perawat 27 orang.

Sementara itu terkait salah satu perawat yang meninggal, Joni Wahyuhadi menyatakan, tenaga kesehatan tersebut, merupakan supervisor perawat yang tugasnya sebagai pengawas utama para perawat. Sejauh ini almarhum tidak berinteraksi secara langsung dengan pasien covid -19.

"Kita mengucapkan ikut berbela sungkawa. Itu (tenaga kesehatan yang meninggal) seorang supervisor perawat yang tugasnya mensupervisi," ujar Joni.

dr. Joni yang juga Dirut RSUD Sutomo tersebut mengungkapkan, beberapa tenaga kesehatan yang tertular tersebut karena tidak tahu pasien yang dirawatnya telah terpapar Covid-19.  Misalnya ada dokter praktik yang kedatangan pasien, namun tidak tahu pasien tersebut terpapar Covid-19 karena dalam keadaan sehat.

Hal ini menunjukkan bahwa mereka yang tanpa gejala atau OTG jumlahnya banyak dan tidak terdeteksi. dr. Joni meminta para medis untuk selalu mengenakan APD dalam situasi apapun.

"Jadi dalam situasi seperti ini, saya tekankan untuk melakukan langkah pencegahan, dengan menggunakan APD. Apalagi jika menangani pasien dengan keluhan sesak napas harus pakai APD. Jangan tanpa APD dalam memeriksa karena akan tertular," pungkasnya. (Hermawan)