Kisah Bangkitnya Kota Wuhan dari 'Kematian' Setelah Lockdown

Faraz • Tuesday, 7 Apr 2020 - 12:45 WIB
Ilustrasi Kota Wuhan (Foto: Reuters)

WUHAN - Pandemi virus corona jenis baru yang menyebabkan penyakit COVID-19 (Coronavirus Disease 2019) diketahui berawal dari kota Wuhan di Provinsi Hubei, China. Virus ini pertama kali dilaporkan pada Desember 2019 dan pada 23 Januari 2020, pemerintah China memutuskan untuk mengkarantina (lockdown) seluruh Provinsi Hubei karena melonjaknya jumlah pasien yang terinfeksi. Akibatnya, semua moda transportasi publik termasuk bus, kereta dan penerbangan dihentikan. Seluruh warga Wuhan tidak boleh keluar rumah tanpa mendapatkan izin dari otoritas.  Selanjutnya pada 20 Februari, pemerintah China semakin memperketat karantina dengan menutup semua pabrik-pabrik non-esensial termasuk pabrik manufaktur dan sekolah.

Lockdown ini seolah telah menyulap kota Wuhan dari kota yang sangat sibuk menjadi sepi layaknya kota hantu. Namun tampaknya hal ini membawa dampak yang cukup memuaskan. Sebuah penelitian dari Universitas Oxford menyatakan bahwa kebijakan lockdown di Wuhan telah berhasil memblokir setidaknya 700 ribu kasus baru Covid-19.

“Langkah-langkah pengendalian wabah oleh pemerintah China tampaknya berhasil memutus rantai penularan, mencegah kontak antara orang yang menular dan yang rentan” ungkap Christoper Dye, peneliti dari Universitas Oxford melansir dari France24.

Setelah dua bulan mengalami lockdown, jumlah kasus pasien positif Covid-19 menurun signifikan. Pada 19 Maret 2020 seperti yang dilaporkan Time (19/03/2020), untuk pertama kalinya Wuhan tidak mendapatkan laporan adanya penambahan pasien positif Covid-19. Pada 24 Maret, pemerintah China mengumumkan bahwa pada 8 April 2020 kebijakan lockdown akan diangkat dan warga Wuhan dengan ‘kode hijau’ (yang memiliki riwayat sehat) boleh berpergian ke wilayah lain di China.

Alih-alih senang mendengar pengumuman tersebut, sebagian warga Wuhan awalnya tidak terlalu antusias. Salah satu warga Wuhan, Guo Jing (perempuan berumur 29 tahun), penulis buku “Catatan Harian Karantina Wuhan” mengatakan situasi akibat pandemi virus corona memang telah membaik namun bencana yang diakibatkannya masih berlanjut sampai sekarang.

“Melihat berita ini, saya tidak terlalu gembira. Pertama, kompleks perumahan saya masih dalam kondisi lockdown. Kedua, meski kondisi pandemi semakin membaik namun setelahnya bencana yang ditimbulkan pandemi masih berlanjut” Ujar Guo Jing seperti yang dikutip dari The Guardian (06/04/2020).

Guo Jing mengatakan lockdown akibat pandemi virus korona telah merenggut banyak sekali nyawa warga kotanya. Banyak perusahaan harus tutup akibat bangkrut dan masyarakat banyak pula yang kehilangan pekerjaannya. Menurutnya, pemerintah belum mengeluarkan kebijakan yang komprehensif untuk menangani isu-isu yang ditimbulkan oleh kebijakan lockdown ini.

Walaupun begitu, Guo Jing tetap merasa senang ketika ia mendapat kabar bahwa kompleks perumahannya mulai mendapatan kelonggaran lockdown, meskipun secara terbatas. Pada 30 Maret, satu orang dari satu keluarga yang memiliki ‘kode hijau’ diperbolehkan keluar kompleks untuk membeli kebutuhan selama 2 jam. Melalui catatan harinnya, ia menceritakan 2 jam pengalaman pertamanya menghirup udara bebas setelah sudah lama harus berdiam dirumah.

“Saya sangat senang, saya sampai menangis. Terakhir kali saya meninggalkan rumah pada 26 Februari. Sudah 43 hari. Pada 31 Maret jam 11:35, saya keluar dari kompleks saya. Saya tidak memiliki rencana khusus, saya hanya sangat bersemangat untuk melihat kota ini dengan mata saya sendiri” Ujarnya.

“Banyak toko-toko yang masih tutup namun jumlah toko yang sudah kembali buka lebih banyak dari sebelumnya: supermarket, minimarket, toko mie kecil, toko elektronik, mall dan seterusnya. Karena saya hanya bisa keluar selama 2 jam, saya sedikit tergesa-gesa dan tidak bisa mengambil foto yang jelas. Saya mengunjungi toko yang menjual snack khas Wuhan dan membeli 10 bakso goreng seharga 21 yuan (49 ribu Rupiah).”

“Seseorang bertanya kepada saya ‘Hal pertama apa yang ingin kau lakukan setelah lockdown?’. Saya menjawabnya: ‘Berjalan di pinggir sungai dan berteriak’. Oleh karena itu hari ini saya pergi ke arah sungai. Saya bersepeda ke pintu masuk dan kemudian berjalan di sepanjang tepi sungai. Ada lebih banyak orang sekarang. Ada orang tua dengan anak-anak mereka, pasangan, orang-orang yang sedang memancing.”

“Setelah memakan bakso yang saya beli sebelumnya, saya berjalan di tepi sungai. Meski awalnya sedikit segan saya lalu menghadap sungai dan berteriak ‘Ahhhh!’. Lalu dua orang lain mengikuti saya. Salah satu dari mereka bahkan berteriak tiga kali. Kami telah dikurung untuk waktu yang terlalu lama. Kita sudah tercekik. Saya teriak lagi untuk beberapa kali. Saya merasa bertenaga kembali.”

“Dua jam berlalu degan cepat. Pada pukul 13.00  saya mulai berjalan pulang. Pada jam 13:32 saya kembali ke rumah.” Ungkap Guo Jing.

Menurutnya, bisa melihat dan berjalan-jalan di sekitar kota merupakan kemajuan besar. Namun untuk membangkitkan kembali kota Wuhan yang sudah hampir dua bulan di lockdown harus melalui proses panjang.

“Bisa keluar dari kompleks perumahan kami adalah satu langkah kecil. Membangkitkan kota kembali hidup masih harus melewati jalan yang panjang. Globalisasi telah memangkas jarak antara manusia dan telah menghubungkannya – namun hal itu juga telah membawa ledakan epidemi ini ke seluruh dunia”

Sampai hari ini, kebanyakan kasus positif Covid-19 di China memang hanyalah kasus impor. Namun hal tersebut bukan berarti pandemi benar-benar telah mereda. Banyak ahli yang mengkhawatirkan kasus-kasus yang dibawa dari luar negeri akan memulai gelombang kedua penyebaran virus corona di China. Oleh karena itu, menurut Guo Jing rencana penghapusan lockdown di Wuhan pada 8 April 2020 harus diikuti dengan kewaspadaan, baik dari kebijakan pemerintah maupun dari usaha masyarakat sendiri.

“Untuk menghadapi epidemi ini, kita harus menerapkan langkah-langkah protektif dan pemerintah harus merawat pasien yang terinfeksi. Hal yang paling kuinginkan adalah tidak merasakan lockdown lainnya” Tutup Guo Jing dalam catatan hariannnya.

(Far)