Menristek Harapkan Adanya Sinergi Triple Helix Bidang Kesehatan dan Obat

• Wednesday, 26 Feb 2020 - 21:13 WIB

Jakarta -  Kementerian Riset dan Teknologi / Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN) berkolaborasi dengan Universitas Indonesia (UI) dengan menggelar forum diskusi “Sinergi Triple Helix Bidang Kesehatan dan Obat” di Ruang SAF Lt. 2 FKUI Kampus Salemba, Rabu (26/2/2020).

Menristek/Kepala BRIN, Bambang Brodjonegoro mengatakan, proses pemanfaatan hasil inovasi perlu dilakukan bersama-sama stakeholder yang terdiri dari Lembaga perguruan tinggi yang pelakunya disebut akademis, pelaku industri dan juga legislator/pemerintah, kolaborasi ini lebih popular disebut dengan Sinergi Triple Helix.

“Dalam hal sinergi tersebut berbagai kendala ditemui, diantaranya keterlambatan pertumbuhan industri alat kesehatan di Indonesia, oleh karena banyaknya tantangan dalam mengembangkan industri alat kesehatan dalam negeri, selain keterbatasan bahan baku, juga dalam hal layanan perizinan,” kata Bambang.

Selain kendala tersebut,  juga dengan kondisi industri farmasi dan alkes saat ini menggunakan bahan baku impor sebesar 90-95 persen, menjadi tantangan yang perlu dicarikan jalan keluar.

Disebutkan, sebagai tindak lanjut untuk meningkatkan pemanfaatan hasil inovasi, khususnya dibidang Kesehatan dan Obat, pemerintah melalui Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional mengeluarkan instrumen kebijakan dengan progam pendanaan komersialisasi produk inovasi sampai tahap uji klinis.

Namun dalam perjalanannya tidak bisa berjalan sendiri, perlu juga sinergi dengan kementerian atau Lembaga, salah satu contohnya yaitu dengan Kementerian Perindustrian dalam keberlanjutan industri dalam negeri dalam melakukan produksi masal (mass production) produk inovasi. Hal kedua lainnya, yaitu keterlibatan para BUMN dalam pengembangan dan pemanfaatan fasilitas pengujian dan peningkatan kompetensi investigator.

Dalam hal peningkatan riset dan pengembangan pemerintah,  juga terus mendorong peningkatan dukungan dalam bentuk program dan anggaran kepada para komunitas penelitian dan pengembangan yang memiliki produk inovasi dengan unsur: 1) Menghasilkan Teknologi Tepat Guna, 2) Peningkatan Nilai Tambah Dan Hilirisasi Sumber Daya Alam, 3) Susbstitusi Import Dan Peningkatan TKDN.

Menurutnya, Kemenenterian Riset dan Teknologi/BRIN dalam penyelenggaraan FGD Kesehatan dan Obat kali ini, bertujuan Mempertemukan para pelaku kemitraan (triple helix) untuk membangun komunikasi dan pemahaman, memberikan informasi tentang perkembangan kemitraan yang telah terbangun selama ini, mendorong peningkatan kapasitas inovasi industri nasional.

Dari tujuan tersebut, diharapkan akan diperoleh percepatan komersialisasi produk hasil inovasi melalui penyederhanaan birokrasi, komitmen nyata dari masing-masing stakeholder dalam upaya mendukung percepatan proses komersialisasi produk inovasi, kolaborasi dan kerjasama antara lembaga litbang/perguruan tinggi dalam mengembangkan produk-produk inovasi, dan dukungan kebijakan dan program pemerintah untuk mempercepat tumbuh, dan berkembangnya produk-produk inovasi.

Kegiatan berupa diskusi ini, dengan mengundang kementerian dan Lembaga terkait sebagai penanggap tantangan yang disampaikan oleh Menteri Riset dan Teknologi/Kepada Badan Riset dan Inovasi untuk merumuskan Policy brief tindak lanjut atau solusi yang akan di kerjakan dengan sinergi triple helix.

Dalam event ini, juga diadakan mini expo terkait produk inovasi bidang kesehatan dan obat,  diikuti 6 produk inovasi dari Universitas Indonesia seperti Implan Tulang Wajah, Madu Propolis, Sel Punca dan Metabolit, Masker, Virna Glukoma Implant, Mikropiler Digital dengan Metode Printed Circuit Board untuk PengukuranViskositas darah dan Viskositas Plasma, 1 produk inovasi dari Universitas Airlangga seperti Stem Cell dan 3 Industri (PT. Zenith All Mart Precissindo, PT. Biofarma dan PT Dexa). (ANP)