Presiden Jokowi Resmikan Fasilitas Produksi Rayon dan Benang Terbesar di Indonesia

• Friday, 21 Feb 2020 - 23:16 WIB
Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden

PELALAWAN - Presiden Joko Widodo dalam kunjungan kerjanya ke Provinsi Riau pada Jumat, 21 Februari 2020, meresmikan fasilitas produksi rayon dan benang terintegrasi PT Asia Pacific Rayon. Fasilitas produksi atau pabrik yang berlokasi di Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan, tersebut diketahui merupakan yang terbesar di Indonesia.

"Di sini ada nursery, persemaian pembibitan, yang kapasitasnya 300 juta bibit. Saya tanya, di mana di dunia yang memiliki persemaian sebesar yang ada di sini, di Kabupaten Pelalawan? Saya kaget terus terang dengan jumlah yang begitu besar," kata Presiden dalam sambutannya.

Fasilitas produksi tersebut dibangun dengan nilai investasi keseluruhan Rp15.5 triliun dan dapat memproduksi kurang lebih 240.000 ton serat rayon per tahunnya. Sementara untuk produksi benang sebagai bahan baku industri garmen, fasilitas tersebut mampu memproduksi sebanyak 10.000 ton per tahunnya. Ke depan, kapasitas produksi akan terus meningkat hingga mencapai 600.000 ton per tahun.

Kepala Negara mengaku senang dan sangat mengapresiasi investasi yang ditanamkan di Kabupaten Pelalawan, Riau, ini. Selain menyediakan peluang kerja dan kesempatan usaha bagi industri tekstil kecil dan menengah, investasi yang dilakukan tersebut akan menjadi pendorong ekonomi daerah dan nasional.

"Sekitar 77 persen tumbuhnya ekonomi itu sangat bergantung pada dunia usaha dan swasta. Oleh sebab itu, saya menyambut baik investasi yang telah dilakukan oleh Asia Pacific Rayon di Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau," tuturnya.

Apalagi, di tengah kelesuan ekonomi global, negara-negara saat ini berlomba mendatangkan dan merealisasikan investasi. Negara-negara yang cepat, utamanya cepat berbenah untuk meningkatkan iklim investasi dan usaha, ialah negara yang pada akhirnya dapat memenangkan kompetisi tersebut.

"Sekarang ini semua negara saling berebut yang namanya investasi. Kenapa diributkan semua negara? Karena yang namanya peredaran uang di sebuah negara, akan semakin baik pertumbuhan ekonomi dan akan semakin baik kesejahteraan masyarakatnya," ucap Presiden.

Untuk diketahui, dalam rangkaian acara peresmian tersebut, Presiden Joko Widodo menandatangani prasasti peresmian dan secara simbolis melepas kontainer berisi serat rayon yang akan dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan industri dalam negeri di Jawa Tengah dan diekspor menuju Turki. Presiden juga meninjau lokasi pusat pembibitan PT Riau Andalan Pulp and Paper yang berada di area fasilitas produksi tersebut.

Hadir dalam acara peresmian di antaranya Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, dan Gubernur Riau Syamsuar.

Produksi Serat Rayon Kurangi Ketergantungan Impor Bahan Baku Industri Tekstil

Viscose rayon merupakan salah satu bahan baku bagi industri tekstil dan produk tekstil berkelanjutan. Bahan baku tersebut merupakan serat benang yang berasal dari olahan kayu dan dapat terurai secara alami.

Saat meresmikan fasilitas produksi rayon dan benang terintegrasi PT Asia Pacific Rayon di Kabupaten Pelalawan pada Jumat, 21 Februari 2020, Presiden Joko Widodo menyebut bahwa pengembangan dan pengimplementasian teknologi di fasilitas produksi tersebut perlu diapresiasi.

"Orang hanya tahunya kapas itu menjadi kain, tapi sekarang serat kayu bisa menjadi kain. Ini sebuah teknologi yang juga perlu diberikan apresiasi. Jangan berpikir yang namanya teknologi hanya ada di Eropa, Jerman, dan Skandinavia. Di Indonesia pun ada dan itu di Kabupaten Pelalawan," tuturnya.

Fasilitas produksi tersebut memproduksi kurang lebih 240.000 ton serat rayon per tahunnya (akan meningkat menjadi 600.000 ton dalam beberapa tahun ke depan) dengan suplai bahan baku yang telah melalui sertifikasi nasional (Sistem Verifikasi dan Legalitas Kayu) dan internasional (Programme for the Endorsement of Forest Certification).

Realisasi investasi berupa fasilitas produksi tersebut diharapkan dapat memperkuat industri tekstil dan produk tekstil nasional sekaligus mengurangi ketergantungan impor terhadap bahan baku tekstil seperti kapas yang kebutuhannya masih belum dapat dipenuhi dari dalam negeri.

"Saya kira dengan jumlah nursery bibit yang sampai 300 juta kapasitasnya itu sebuah jumlah yang sangat besar. Ini yang saya kira banyak belum dilihat bahwa kita memiliki sebuah potensi besar dalam industri rayon ke depan," kata Presiden.

"Jadi tidak usah kita impor rayon, impor viscose. Kita sendiri sudah bisa memproduksinya. Saya kira kekuatan-kekuatan seperti ini yang harus mulai diangkat karena ini juga bisa mengurangi substitusi impor, artinya bisa mengurangi defisit neraca perdagangan kita," imbuhnya.

Untuk diketahui, selain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, produk rayon dari fasilitas produksi tersebut juga diekspor ke sejumlah negara lain seperti Turki, Pakistan, Bangladesh, Vietnam, hingga negara-negara Eropa. (ANP)