Virus Korona Rentan Menyerang Pria, Mitos atau Fakta? Ini Penjelasan Pakar

• Wednesday, 5 Feb 2020 - 12:25 WIB
Pasangan lansia pasien virus korona yang dirawat di ICU rumah sakit di China saling mengucapkan selamat tinggal. (Foto: Twitter)

JAKARTA – Beragam informasi bermunculan mengenai jenis baru virus korona atau 2019-nCoV. Salah satunya, virus ini lebih banyak menyerang pria ketimbang wanita. Benarkah hal tersebut?

"Sebanyak 71 persen pada laki-laki ketimbang perempuan," ujar ahli pulmonologi dari Rumah Sakit Universitas Indonesia, Dr. Raden Rara Diah Handayani dalam media briefing di Depok, Selasa 4 Februari.

Lebih lanjut, dokter spesialis mikrobiologi RSUI, dr. R. Fera Ibrahim mengatakan, hal ini berhubungan dengan jumlah reseptor ACE2 yang lebih banyak pada pria dibandingkan wanita.

"Virus akan menginfeksi sel, masuk lalu mereplikasi. Untuk masuk ke sel ada reseptor. (Jenis baru) korona mirip SARS, ada reseptor yang namanya ACE2. Reseptor ini ada di nasofaring hingga otak. Tapi yang paling banyak di sel epitel paru, sehingga tampak seperti infeksi saluran napas dan diare," ucap Fera.

Penelitian yang dilakukan saat kasus SARS terjadi, menunjukkan reseptor ACE2 lebih banyak pada pria ketimbang wanita.

"Ada yang meneliti di zaman SARS (mewabah), ternyata reseptor ACE2 banyaknya di laki-laki, lebih banyak pada ras Asia dibandingkan kulit putih dan hitam," kata Fera.

Karena mirip dengan SARS, virus korona juga bisa bertahan selama enam hari di udara dingin, apalagi ada protein tertentu yang membuatnya bertahan lebih lama. Namun, virus ini bisa dilumpuhkan salah satunya melalui pemanasan pada suhu sekitar 56 derajat Celsius selama 30 menit.

Selain pria, 2019-nCoV juga disebut lebih rentan menginfeksi orang lanjut usia ketimbang orang muda. Mengenai hal ini, Diah mengatakan, semua orang berisiko.

"Semua orang berisiko. Usia (yang dilaporkan) 19 bulan paling muda, sampai usia 89 tahun (paling tua). Pasien meninggal dunia rata-rata usia 40-50 tahun," kata dia.

Diah memaparkan, total kasus akibat virus yang pertama kali ditemukan di WuhanChina itu meningkat dari 14.557 kasus pada 2 Februari 2020 menjadi 23.500 kasus pada hari ini, Rabu (5/2/2020).

Editor : Tuty Ocktaviany

(Sumber : iNews.id)