Teropong Gerhana Matahari Cincin di PP IPTEK TMII

• Thursday, 26 Dec 2019 - 21:09 WIB

JAKARTA - Pada penghujung tahun 2019 ini Pusat Peragaan Iptek (PP-IPTEK), Kementerian Riset dan Teknologi / Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyelenggarakan pengamatan Gerhana Matahari Cincin pada Kamis, 26 Desember 2019, yang berlokasi di Dak Atap Lantai 3 Gedung PP-IPTEK, area Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta yang dimulai dari pukul 10.30 – 14.30 WIB.

Gerhana Matahari merupakan fenomena alam yang terjadi setiap tahun, namun belum tentu fenomena ini melintas di wilayah yang sama setiap tahunnya. Gerhana matahari terjadi ketika Matahari - Bulan - Bumi berada pada satu garis lurus. Namun kesegarisan ini tidak terjadi setiap saat karena orbit Bumi mengelilingi Matahari tidak satu bidang dengan orbit Bulan mengelilingi Bumi, melainkan miring sekitar 5,1 derajat terhadap ekliptika atau bidang orbit bumi mengelilingi matahari. Karena kemiringan orbit Bulan inilah, gerhana Matahari hanya terjadi pada momen Matahari dekat dengan titik simpul orbit Bulan mengelilingi Bumi terhadap ekliptika. 

Tidak setiap fase bulan baru, Bulan berada tepat sejajar dengan Bumi dan Matahari, oleh karena itu gerhana matahari hanya dapat dilihat oleh sebagian wilayah saja di penjuru dunia, contohnya Gerhana Matahari Total yang pernah terjadi 9 Maret 2016 yang hanya melintas dan dapat dilihat di wilayah Palembang, Bangka, Belitung, Sampit, Palangka Raya, Balikpapan, Palu, Poso, Luwuk, Ternate, dan Halmahera. Kemudian bagaimana dengan Gerhana Matahari Cincin ?.

Gerhana Matahari Cincin (GMC) terjadi ketika bulan berada segaris dengan bumi dan matahari, namun piringan bulan lebih kecil dari piringan matahari sehingga piringan matahari tidak tertutup dengan sempurna. Hal inilah yang menyebabkan tampak seperti cincin, yaitu gelap di bagian tengah dan terang di bagian pinggirnya. 

Sri Wahyu, Staf Program Sains PP-IPTEK mengatakan bahwa GMC akan melewati sebagian wilayah di Indonesia pada tanggal 26 Desember 2019 seperti Padang Sidempuan, Duri, Batam, Siak, Karimunbesar, Tanjung Batu, Bintan, Tanjung Pinang, Singkawang, Pemangkas dan Sambas. Sementara itu, wilayah yang lainnya akan mengalami gerhana matahari sebagian (GMS). Di Jakarta Piringan matahari akan mencapai 72% dengan puncak gerhana yang akan terjadi sekitar pukul 12.36 WIB.  Fenomena gerhana matahari ini sangat langka untuk disaksikan di Indonesia, namun tidak dianjurkan langsung melihat matahari tanpa alat apa pun. Kegiatan pengamatan di PP-IPTEK akan menyediakan sebanyak 4 (empat) unit teleskop yang dilengkapi filter matahari dimana salah satunya dihubungkan dan ditampilkan ke televisi, yaitu teleskop tipe CPC 800, Coronado, Celestron Advance 6, dan Celestron Firstscope 114 EQ. 

Selama pengamatan menggunakan teleskop pengunjung juga dapat, menyaksikan live streaming munculnya GMC di wilayah-wilayah yang dilintasi, serta simulasi GMC di area Wahan Temporer PP-IPTEK di Lantai 1. Dalam pengamatan ini PP-IPTEK akan menyediakan kacamata matahari dalam jumlah terbatas.

Selain melakukan pengamatan gerhana, pengunjung bisa mengisi liburan sekolah dengan bebas mencoba dan memainkan lebih dari 400 alat peraga interaktif seperti Simulasi Rumah Gempa, Self Balancing Wheel, Augmented Reality, Sepeda di Atas Kabel, Gyro Extreme, Tesla Coil, Ruang Eksplorasi Anak Usia Dini, dan masih banyak lagi alat peraga lainnya. Selain peragaan Iptek, pengunjung juga bisa mencoba berbagai program sains menarik seperti Demo Peluncuran Roket Air, Science Show, Mini Workshop, Science Corner, serta Film & Eksperimen Science Film Festival.

PP-IPTEK sebagai science center pertama di Indonesia dan salah satu wahana pembelajaran Iptek bagi masyarakat luas, khususnya generasi muda memiliki peran strategis dalam memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia sesuai dengan visi dan misi negara. Dengan pelaksanaan Pengamatan Gerhana Matahari Cincin ini diharapkan ketertarikan dan kepedulian masyarakat terhadap fenomena sains khususnya dibidang astranomosi akan lebih meningkat. PP-IPTEK pun akan selalu memperhatikan kebutuhan pengetahuan iptek masyarakat dan menyajikan kegiatan sains kontekstual dengan mengungkap iptek dibalik fenomena alam yang terjadi di muka bumi ujar Syachrial Annas, Direktur PP-IPTEK-Kemenristek/BRIN. (ANP)