Last Christmas yang Romantis, Manis, dan Humanis

• Saturday, 30 Nov 2019 - 07:04 WIB

Genre: Komedi romantis

Sutradara: Paul Feig (A Simple Favor, Spy)

Pemeran: Emilia Clarke, Henry Golding, Michelle Yeoh, Emma Thompson

Penulis: Emma Thompson, Bryony Kimmings

Cerita: Emma Thompson, Greg Wise

Durasi: 1 jam, 43 menit

Distributor: UIP Indonesia

Mulai tayang di bioskop Indonesia: 30 November 2019 (midnight show), 6 Desember 2019 (regular).

Apa saja yang selalu muncul saat Natal? Hiasan serba merah-hijau, lagu-lagu, santa, dan lampu kerlap-kerlip di mana-mana? Dalam “Last Christmas”, elemen khas tersebut dihamparkan melalui kisah komedi romantis yang segar, penuh sukacita, tetapi tetap humanis.

Berlatar indahnya kota London menjelang Natal, tokoh utama Kate (Emilia Clarke) masih bergumul dengan kehidupannya yang suram. Bekerja sebagai penjaga toko serba Natal sepanjang tahun, Kate selalu bertugas menjadi peri yang umumnya ceria.

Namun karena berbagai kemalangan, Kate hidup terlunta-lunta, minum mabuk, bahkan mendekati terlantar. Kate sempat mengalami sakit parah, menghadapi relasi yang buruk dengan ibu, dan kerap gagal dalam percintaan.

Di titik terendah dalam hidup, Kate secara tak terduga bertemu Tom, yang berkarakter jauh lebih ceria, tak bisa diam, bersemangat, optimis, dan sangat positif. Seperti biasa, dua manusia bersifat berbeda itu, justru perlahan bisa cocok, saling memahami, dan terlihat jatuh cinta.

Selanjutnya, kita akan dibawa dalam adegan penuh senyum Tom, diperankan oleh Henry Golding, yang pernah terkenal lewat “Crazy Rich Asians”. Tom mengajak Kate untuk menikmati hidup di berbagai tempat tersembunyi London. Kate yang urakan, juga didorong untuk melepas stres, mulai dari mengabaikan smartphone, sampai menolong sesama.

Henry Golding mengapresiasi kesempatan bermain sebagai laki-laki penuh rahasia, namun mempesona sekaligus membuat perempuan tak kuasa mencintainya. “Tom adalah pria yang enak diajak ‘ngumpul oleh semua orang. Dia sepenuhnya hadir dan menikmati jalan-jalan di London, melihat ke atas, ke ornamen arsitektur dan sejarah di baliknya,” jelas Henry.

Ketika Tom muncul dalam cerita, dia membantu Kate menemukan potensi dan jati dirinya. Tom mengajarkan tentang mencintai diri sendiri dan ‘look up’, serta pentingnya selalu menikmati waktu sekarang, terbuka terhadap kehidupan terbaik saat ini.

“Tom dan Kate seperti yin dan yang, seiring jalannya cerita, mereka menjadi bersama, mengembangkan pemahaman satu sama lain. Tom mengerti kesakitan dan pergumulan Kate dengan keluarga, kemudian memandunya menemukan hal-hal baik dalam dunia,” tambah Henry.

Pesan-pesan tentang manisnya kehidupan juga menarik perhatian aktris utama, Emilia Clarke. Sebagai seorang anak, kakeknya juga mengingatkannya untuk "melihat ke atas," dan membuka penutup mata untuk melihat dunia, sehingga banyak dari kita hanya menerima begitu saja.

“Salah satu tema sentral dari film ini adalah ide tentang ‘look up’. Ini berbicara tentang pentingnya membuka diri, menyadari lingkungan sekitar, dan meluangkan waktu sejenak untuk mencium aroma mawar dunia tempat Anda tinggal," kata Emilia, yang berperan sebagai Daenerys Targaryen di serial HBO, Game of Thrones.

Emilia juga menyoroti indahnya London saat masa Natal. “Kota itu sudah cantik saat Natal, tetapi kami menambah lampu dan kilauan di setiap lokasi ‘shooting’, sehingga membuatnya tambah magis,” ujar Emilia.

Tak hanya latar tempat yang mendukung romantisnya cerita, lagu-lagu dari George Michael dan Wham! juga menghiasi Natalan ala Kate dan Tom. Film ini juga merilis karya yang belum diluncurkan George Michael, artis pemenang Grammy Award. George telah menjual lebih dari 115 juta album dan merekam 10 single nomor satu, dalam sepanjang karier ikoniknya.

Meski mendiang George belum pernah melihat naskah “Last Christmas”, namun almarhum sempat berdiskusi, sebelum kematian tragisnya pada Natal 2016.

Kabar duka dari sang legenda itu pun turut mempengaruhi draft skenario. Menurut penulis, produser, sekaligus aktris pendukung Emma Thompson, George Michael merasa proyek “Last Christmas" ini, sangatlah penting bagi almarhum.

Lagu George Michael dan Wham! yang siap membuat penonton ikut bernyanyi atau sekadar menggoyangkan kaki, adalah “Last Christmas,” “Too Funky,” “Fantasy,” “Praying for Time,” “Faith,” “Waiting for That Day,” “Heal the Pain,” “One More Try,” “Fastlove,” “Everything She Wants,” “Wake Me Up Before You Go-Go,” “Move On,” “Freedom! ’90” dan “Praying for Time” (MTV Unplugged).

Lagu terakhir, belum pernah dirilis sebelumnya, “This Is How (We Want You to Get High),” menggambarkan apa yang Kate dan Tom ajarkan satu sama lain, dalam pengalaman mereka berdua. 

Dipenuhi dialog pemancing tawa, termasuk dari Emma Thompson sebagai ibu dari Kate, dan Michelle Yeoh sebagai santa, "Last Christmas" juga menyinggung isu kemanusiaan seperti keberagaman, imigran, ujaran kebencian, serta masalah tuna wisma, secara proporsional tanpa kesan menggurui.

Karena pada dasarnya, sutradara sekaligus produser Paul Feig bertujuan menjadikan "Last Christmas" sebagai liburan klasik.

“Film Natal yang hebat harus tentang cinta, keluarga, penebusan dan kebahagiaan. "Last Christmas" sangat emosional di beberapa tempat, kemudian sangat lucu; juga menawan dan indah. Director of Photography John Schwartzman telah merekam film ini seperti yang belum pernah Anda lihat sebelumnya — membuat London terlihat sangat cantik. London adalah kota yang sangat saya cintai dan saya miliki seumur hidup. Saya ingin menunjukkan kota, dengan cara saya melihat dan menghargainya," tutur Feig. 

Menurut sineas yang biasa menggarap komedi ringan itu, ketika seluruh elemen dipadukan: cerita cinta, dialog segar, pesan moral, visual kehangatan di tengah musim dingin London, audio dari George Michael dan Wham!; maka menciptakan pengalaman emosional yang menjadi cerita Natal sesungguhnya.