Saat Gajah Lampung tanpa Pengunjung 

MUS • Friday, 15 Oct 2021 - 17:23 WIB

Lampung Timur - DI sela-sela Press Tour Dompet Dhuafa ke Lampung, saya dan 9 jurnalis mendapat kesempatan berkunjung ke Taman Nasional Way Kambas, Lampung Timur, Jumat (15/10). Dengan izin khusus, kami diberi kesempatan melihat gajah-gajah yang tidak dikunjungi wisatawan selama 1,5 tahun sejak pandemi covid-19.

Dipandu Agus Susanto, jurnalis Lampung Timur, rombongan disambut spanduk di pintu gerbang yang berisi tulisan 'Taman Nasional Sementara Ditutup;. Sekolah pelatihan gajah, rumah pawang, dan area terbuka seperti lama tidak dirawat.

“Ya, saya harus 7 hari seminggu ke sini, Mas. Anak-anak kan perlu sentuhan saya tiap hari,” begitu pengakuan Hendra, 51 tahun, pawang Salmon selama 26 tahun. 

Hari ini, Salmon lagi sakit perut, dan perlu diperiksa ke dokter hewan Rumah Gajah di areal Taman Nasional. Sudah 2 hari, Salmon kembung perutnya dan akhirnya bisa kentut saat ditangani Drh. Diah Hesti Anggraeni. Lega rasanya bisa kentut. Mungkin itu yang terucap dalam hati Salmon.

Taman Nasional Way Kambas (TNWK) adalah satu-satunya konservasi gajah di Indonesia dengan luas sekitar 35 ribu hektar. Di bawah pengelolaan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, TNWK berfungsi sebagai kawasan pelestarian hewan langka dan juga edukasi. Tercatat ada 67 ekor gajah yang tergolong jinak, dan 200an ekor yang disebut gajah liar.

Selain gajah ada badak, kijang, dan kera. Objek wisata andalan Provinsi Lampung ini harus berhenti beroperasi sementara demi menghindari kerumunan pengunjung. Festival Way Kambas yang biasa digelar tahunan, juga mati suri. 

Regenerasi Pawang

Salah satu permasalahan yang menarik di TNWK adalah minimnya regenerasi pawang. Tercatat ada 30 pawang gajah yang rata-rata usianya di atas 50 tahun.

“Tidak mudah memang mencari pawang-pawang muda,” cerita Hendra, pawang yang berstatus PNS. Perlu ketelatenan dan nyali luar biasa untuk menaklukkan hewan terbesar di dunia ini. Meski sudah soulmate dengan Salmon, gajah didikannya, namun pria asal Labuhan Batu ini tetap saja terlena saat Salmon emosi.

Sepuluh tahun lalu, Salmon sedang masuk massa birahi, dan menolak saat Hendra mau naik ke punggung Salmon. Tubuh Hendra dibanting dengan belalai yang kuat, namun Hendra berhasil menghindar saat amukan Salmon membara dengan gadingnya yang tajam. Hendra pun selamat dan bisa satu hati lagi hingga kini.

“Selama saya bekerja di sini, ada 2 rekan pawang yang meninggal karena amukan gajah,” lanjut Hendra.

Jika dilihat makin landainya kasus covid19 di berbagai daerah, termasuk Lampung Timur, perlu dipertimbangkan TNWK dibuka secara terbatas untuk pengunjung. Apalagi 99 persen arealnya adalah outdoor sehingga potensi penularan bisa diminimalkan. Namun, ada komentar menarik dari tenaga medis di Rumah Sakit Gajah Drh. Diah Hesti Anggraeni.

“Ini pendapat saya pribadi, ya. Kalo boleh jangan dibuka deh!”
Lho!
Gimana, Mas Menteri Sandi?
(Setyo Nuryanto)