Lonjakan Kasus Infeksi, Singapura Kembali Batasi Kegiatan Warganya

MUS • Monday, 17 May 2021 - 12:57 WIB

Jakarta – Singapura kembali melakukan pengetatan kegiatan masyarakat setelah ditemukannya 34 kasus baru infeksi covid-19 pada Kamis (13/5/2021). Duta Besar Indonesia untuk Singapura, Suryopratomo mengatakan, dibandingkan tahun lalu, pengetatan yang dilakukan oleh pemerintah Singapura saat ini bisa dikatakan lebih longgar.

“Pada tahun lalu ada 14 hal yang dilarang pemerintah Singapura, tapi pada saat ini hanya 2 hal yang ditekankan oleh pemerintah yaitu dilarang makan di restoran harus di take away, serta dilarang pergi ke tempat gym,” ujar pria yang akrab disapa Tomy ini saat diwawancara dalam program Trijaya Hot Topic pagi edisi Senin (17/05/2021).

Tomy juga menyebut pada 28 Desember 2021, warga Singapura sudah bisa hidup normal dan berkumpul lebih dari 2 orang. Namun karena pengetatan, maka kini warga hanya bisa berkumpul maksimal 2 orang.

“Begitupun kegiatan kantor, saat tanggal 28 Desember kemarin sudah bisa 75 persen yang boleh Work From Office, namun kini disarankan untuk full Work From Home, dan mulai hari Rabu besok (19/05/2021) para pelajar mulai dari tingkat Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi akan kembali melakukan belajar daring,” tutup Tomy.

Masyarakat Sangat Abai Prokes
Sementara itu di kesempatan yang sama, pakar dari Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI), Dr. Hermawan Saputra menanggapi pergerakan masyarakat Indonesia kala libur lebaran yang sangat mengkhawatirkan.

“Perilaku masyarakat kita seperti sudah sangat abai terhadap protokol kesehatan, terutama dalam menghindari kerumunan serta membatasi mobilitas. Mungkin yang masih mereka terapkan hanya penggunaan masker,” ujar Hermawan.

“Jika tingkat kewaspadaan masyarakat makin menurun, maka kemungkinan lonjakan kasus pada seminggu atau dua minggu kedepan tidak dapat terhindarkan,” tegas Hermawan.

Hermawan juga menyayangkan testing capacity di Indonesia masih sangat rendah, yang seharusnya 20 ribu hingga 40 ribu spesimen per hari tetapi kini hanya bisa menyasar 4 ribu hingga 6 ribu spesimen per hari. (Kuh)